Julian Alimin

Live Life and be grateful

RIP Grandfather, Letting Go with Tears

Tadi setelah membuat Post tentang menjadi lebih tua. G jadi teringat Kake alias Grandfather alias Opa g. Akhirnya dalam Post itu ada tulisan panjang mengenai Opa g. Akhirnya g mutusin untuk pisah ke dalam Post lain, karena sudah mulai out of context. This one is for you Grandpa, I Miss you.

G masih teringat saat kake g meninggal, g panggil dia Opa. G sangat dekat ama dia. Kata orang-orang g kesayangan dan kebanggan dia. Waktu g masih kecil dia sering minta dipijat. G pijitipijat dia, dan dia selalu memuji g, Julian pijatan kamu enak. Entah ia mengatakan hal itu untuk membuat g semakin semangat atau memang benar pijatan g enak :d. Tapi yang jelas g semangat banget saat itu.

G masih ingat saat g masih SMP, g sedang lihat-lihat foto album keluarga g, dan g lihat Opa jadi pembicara di salah satu pernikahan keluarga g. G mikir wah g mau juga kl Opa yang ngasih pidato saat g Menikah nanti. Cuman umur g masih seumur Jagung, baru juga 13 tahun, masih SMP gitu loh. G mikir g mesti menikah cepat-cepat sebelum Opa meninggal. Akhirnya dengan lugunya g bilang ama dia:

    "Opa, opa janji ya jangan meninggal dulu. Nanti Opa ngasih Pidato pembukaan saat Julian menikah nanti."

Opa g tertawa, dan bilang. Opa belum akan meninggal dulu ! Nanti Opa akan kasih Pidato seperti ini. Dan dia mulai ngasih Pidato pembukaan. G ga ingat persisnya apa yang ia katakan, tapi g merasa bersyukur dan senang dan tertawa malu.

Maju beberapa tahun kemudian, Opa g masuk ke Rumah Sakit. Saat itu g sedang Kuliah semester 7 kalau ga salah dan berumur 21 tahun. G datang ke Rumah Sakit dan wajah g sangat terganggu. Dia bilang,

    "Lihat nih cucuku sedih begitu. Tenang Opa kan pernah janji tidak akan meninggal sampai kamu wisuda :D."

G justru merasa semakin khawatir. Janjinya adalah setelah g menikah. Tapi g berusaha senyum dan menujukkan bahwa g ga takut. Di dalam hati, perasaan g ga enak banget.

Lalu beberapa hari kemudia, saat g sedang di Lab Komputer bersama teman-teman Kampus, g dihubungin sama Ibu g. Karena paniknya, Ibu g telepon nomor teman g si Hendri, bukannya g. Saat Hendri g ngasih HP dia dan bilang "dari nyokap lo". Damn, i saw it coming! Nyokap g menangis dan biang,

    "Opa udah ga ada".

G ga nangis, g langsung minta ijin ama anak-anak karena mau langsung ke rumah sakit. Dijalan ada Rizal yang bilang, mau kemana lo ? G bilang ke rumah sakit mau jenguk Opa. Terus terang g ga mau bilang ama siapa-siapa karena g merasa tidak butuh rasa Kasihan dan Iba dari orang. Dia tertawa dan becanda. Beberapa hari kemudian dia minta maaf. G ga nyalahin dia.

Di rumah sakit Ibu g menangis dan pingsan. Saat ibu g tahu tentang Opa yang meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit, dan dia sedih karena tidak sempat bertemu untuk terakhir kalinya. Semunya terjadi begitu cepat. G masih ingat wajah Opa g, dia kelihatan begitu tenang dan nyaman dalam tidur abadinya.

Sore itu, Jam 5an g keluar cari makan. Setelah makan g ke suatu ayunan di Komplek Opa g, dan g duduk. G mikir. Dan g tiba-tiba merasa kesal. G merasa dibohongi. Katanya tidak akan meninggal sampai g menikah. Dan tiba-tiba g mulai menangis. G berusaha sekat tenaga untuk tidak mengeluarkan air mata, tapi g ga bisa menghentikan kucuran air mata. Bahkan setelah setengah jam saat g pengen kembali ke Rumah, tiba-tiba g nangis lagi.

Emosi membakar tubuh g. G marah, kesal, sedih. Pernahkah anda menangis sampai rasanya tidak bisa bernafas? Seperti ada Lubang Hitam sebesar Bumi didalam Dada kita. G malu untuk kembali ke rumah. G ga mau dibilang cengeng. G mau diingat sebagai Julian yang selalu tegar! G berhasil menghentikan air mata, namun setelah berjalan beberapa langkah g mulai menangis lagi. Ingat waktu anda masih kecil? Bila anak kecil menangis sampai akhirnya ketiduran. Mungkin obat terbaik adalah menangis sampai ketiduran?

Saat sampai di rumah Opa g, g sengaja menggunakan Topi yang menutup wajah, agar tidak kelihatan. Dan langsung menuju kamar mandi. Mencuci Muka mungkin dapat menghilangkan tanda-tanda setelah menangis.

Saat ini g tidak lagi malu karena telah meneteskan air mata untuk orang yang sangat g hormati selama hidupnya. G akan selalu mendoakan Opa.

Grandfather I Love You

Powered by Qumana

Leave comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *.